Menggunakan batik Danar Hadi, Lu Kun mengangkat tema ?Miss Shanghai?, sebuah koleksi Shanghai yang telah dimodifikasi secara modern dan menonjolkan siluet feminin. Sementara Kaoru yang menggunakan batik tua Madura, Solo, Cirebon, Pekalongan, Yogyakarta dan batik motif Hokokai memamerkan koleksi dengan ?feel? etnik dalam busana efek melayang. Deanoor mengombinasikan batik Madura Tanjung Bumi dan batik Parang Kencana dalam koleksi ?evening gown? dan ?cocktail dress? yang apik.
Menggunakan batik Danar Hadi, Lu Kun mengangkat tema ?Miss Shanghai?, sebuah koleksi Shanghai yang telah dimodifikasi secara modern dan menonjolkan siluet feminin. Sementara Kaoru yang menggunakan batik tua Madura, Solo, Cirebon, Pekalongan, Yogyakarta dan batik motif Hokokai memamerkan koleksi dengan ?feel? etnik dalam busana efek melayang. Deanoor mengombinasikan batik Madura Tanjung Bumi dan batik Parang Kencana dalam koleksi ?evening gown? dan ?cocktail dress? yang apik.
Menggunakan batik Danar Hadi, Lu Kun mengangkat tema ?Miss Shanghai?, sebuah koleksi Shanghai yang telah dimodifikasi secara modern dan menonjolkan siluet feminin. Sementara Kaoru yang menggunakan batik tua Madura, Solo, Cirebon, Pekalongan, Yogyakarta dan batik motif Hokokai memamerkan koleksi dengan ?feel? etnik dalam busana efek melayang. Deanoor mengombinasikan batik Madura Tanjung Bumi dan batik Parang Kencana dalam koleksi ?evening gown? dan ?cocktail dress? yang apik.
Menggunakan batik Danar Hadi, Lu Kun mengangkat tema ?Miss Shanghai?, sebuah koleksi Shanghai yang telah dimodifikasi secara modern dan menonjolkan siluet feminin. Sementara Kaoru yang menggunakan batik tua Madura, Solo, Cirebon, Pekalongan, Yogyakarta dan batik motif Hokokai memamerkan koleksi dengan ?feel? etnik dalam busana efek melayang. Deanoor mengombinasikan batik Madura Tanjung Bumi dan batik Parang Kencana dalam koleksi ?evening gown? dan ?cocktail dress? yang apik.
Menggunakan batik Danar Hadi, Lu Kun mengangkat tema ?Miss Shanghai?, sebuah koleksi Shanghai yang telah dimodifikasi secara modern dan menonjolkan siluet feminin. Sementara Kaoru yang menggunakan batik tua Madura, Solo, Cirebon, Pekalongan, Yogyakarta dan batik motif Hokokai memamerkan koleksi dengan ?feel? etnik dalam busana efek melayang. Deanoor mengombinasikan batik Madura Tanjung Bumi dan batik Parang Kencana dalam koleksi ?evening gown? dan ?cocktail dress? yang apik.
Menggunakan batik Danar Hadi, Lu Kun mengangkat tema ?Miss Shanghai?, sebuah koleksi Shanghai yang telah dimodifikasi secara modern dan menonjolkan siluet feminin. Sementara Kaoru yang menggunakan batik tua Madura, Solo, Cirebon, Pekalongan, Yogyakarta dan batik motif Hokokai memamerkan koleksi dengan ?feel? etnik dalam busana efek melayang. Deanoor mengombinasikan batik Madura Tanjung Bumi dan batik Parang Kencana dalam koleksi ?evening gown? dan ?cocktail dress? yang apik.
Menggunakan batik Danar Hadi, Lu Kun mengangkat tema ?Miss Shanghai?, sebuah koleksi Shanghai yang telah dimodifikasi secara modern dan menonjolkan siluet feminin. Sementara Kaoru yang menggunakan batik tua Madura, Solo, Cirebon, Pekalongan, Yogyakarta dan batik motif Hokokai memamerkan koleksi dengan ?feel? etnik dalam busana efek melayang. Deanoor mengombinasikan batik Madura Tanjung Bumi dan batik Parang Kencana dalam koleksi ?evening gown? dan ?cocktail dress? yang apik.
Menggunakan batik Danar Hadi, Lu Kun mengangkat tema ?Miss Shanghai?, sebuah koleksi Shanghai yang telah dimodifikasi secara modern dan menonjolkan siluet feminin. Sementara Kaoru yang menggunakan batik tua Madura, Solo, Cirebon, Pekalongan, Yogyakarta dan batik motif Hokokai memamerkan koleksi dengan ?feel? etnik dalam busana efek melayang. Deanoor mengombinasikan batik Madura Tanjung Bumi dan batik Parang Kencana dalam koleksi ?evening gown? dan ?cocktail dress? yang apik.
Diawali dengan pertunjukan seni tari tradisional, pergelaran busana batik diramaikan oleh sejumlah desainer Tanah Air dan tiga desainer luar. Ketiga desainer mancanegara tersebut ialah Deanoor dari Malaysia, Kaoru dari Jepang dan Lu Kun dari China. Mereka berkolaborasi dengan enam desainer Nusantara seperti Anne Avantie, B1, Carmanita, Chossy Latu, Ramli, dan Sebastian Gunawan, serta dua produsen batik Danar Hadi dan Parang Kencana.
Diawali dengan pertunjukan seni tari tradisional, pergelaran busana batik diramaikan oleh sejumlah desainer Tanah Air dan tiga desainer luar. Ketiga desainer mancanegara tersebut ialah Deanoor dari Malaysia, Kaoru dari Jepang dan Lu Kun dari China. Mereka berkolaborasi dengan enam desainer Nusantara seperti Anne Avantie, B1, Carmanita, Chossy Latu, Ramli, dan Sebastian Gunawan, serta dua produsen batik Danar Hadi dan Parang Kencana.
Diawali dengan pertunjukan seni tari tradisional, pergelaran busana batik diramaikan oleh sejumlah desainer Tanah Air dan tiga desainer luar. Ketiga desainer mancanegara tersebut ialah Deanoor dari Malaysia, Kaoru dari Jepang dan Lu Kun dari China. Mereka berkolaborasi dengan enam desainer Nusantara seperti Anne Avantie, B1, Carmanita, Chossy Latu, Ramli, dan Sebastian Gunawan, serta dua produsen batik Danar Hadi dan Parang Kencana.
Diawali dengan pertunjukan seni tari tradisional, pergelaran busana batik diramaikan oleh sejumlah desainer Tanah Air dan tiga desainer luar. Ketiga desainer mancanegara tersebut ialah Deanoor dari Malaysia, Kaoru dari Jepang dan Lu Kun dari China. Mereka berkolaborasi dengan enam desainer Nusantara seperti Anne Avantie, B1, Carmanita, Chossy Latu, Ramli, dan Sebastian Gunawan, serta dua produsen batik Danar Hadi dan Parang Kencana.
Malam pertunjukan seni budaya ini merupakan terobosan Yayasan Batik Indonesia dalam kegiatannya terus menjaga dan mengembangkan batik Indonesia agar terus berkontribusi positif secara multidimensi bagi masyarakat di Indonesia dan dunia. Terutama setelah UNESCO secara resmi mengakui batik Indonesia dan memasukkannya ke dalam Daftar Representatif sebagai Budaya Tak-benda Warisan Manusia Representative List of the Intangible Cultural Heritage of Humanity pada 2009.