Selang dua tahun setelah pameran perdananya, tahun 1997, Mbah Gepuk meninggal. Beruntung, Cucu Mbah Gepuk yang bernama Bodrianto sempat mempelajari dan mengikuti apa yang kakeknya lakukan. Ketika kelas 2 Madrasah Tsanawiyah setara SMP , Bodrianto membuat tokoh Wisanggeni mengikuti yang kakeknya lakukan.
Wayang Suket buatan Mbah Gepuk disebut-sebut sebagai wayang khas Purbalingga. Wayang suket buatan almarhum Mbah Gepuk bentuknya persis wayang pada umumnya, hanya saja setiap lekuk bagian tubuh wayang dibentuk dari rajutan rumput yang dikeringkan.
Bahan yang digunakan untuk membuat wayang suket adalah rumput kasuran yang dikeringkan. Rumput itu biasa tumbuh di bulan sura, maka itu disebut rumput kasuran.
Karena keunikannya, pada tahun 1995 Mbah Gepuk diberi kesempatan untuk pameran wayang suket miliknya di Bentara Budaya Yogyakarta.
Sampai saat ini Bodrianto masih membuat wayang suket. Ia kerap diundang untuk mengikuti pameran wayang di berbagai daerah.
Wayang suket ukuran kecil buatan Bodrianto dijual dengan harga Rp300.000 - Rp400.000. Sedangkan, untuk ukuran biasa dijual Rp800.000.