Pemakaman Kerkhof Tjilatjap terletak di Jalan Karang, Kelurahan Cilacap, Kabupaten Cilacap menyimpan narasi sejarah ketika Belanda berkuasa di Jawa Tengah bagian selatan.
Setidaknya, ada 109 makam orang Belanda ada di sana. Ketika malaria mewabah di Jawa Tengah, orang Belanda tidak luput terjangkit sampai meninggal. Hanya makam-makam itu yang jadi sisa cerita.
Makam tertua Kerkhof Tjilatjap atas nama Therese Von Lutzow tahun 1852, sedangkan yang terakhir adalah Egbert De Jong tahun 1952.
Konon pemerintah Kabupaten Cilacap akan merevitalisasi pemakaman itu untuk tujuan pendidikan dan dokumentasi sejarah. Namun, hingga kini kondisi pemakaman Kerkhof Tjilatjap masih menyedihkan. Banyak batu nisan yan hilang dan kondisi makam yang sudah hancur.
Jasad JWF Scott, si pengawas pembangunan Benteng Pendem adalah salah satu serdadu Belanda yang ada di komplek pemakaman sejak 24 Juni 1870.
Rohmat 80 bekerja sebagai perawat makam Kerkhof Tjilatjap yang kini juga menjadi pemakaman kristen. Ia tidak diberi tugas khusus untuk merawat makam-makam Belanda itu. Dalam sebulan, pemerintah kabupaten hanya memberinya Rp100.000
Sekitar 300 meter dari area pemakaman, ada sekitar 3 benteng yang memiliki ruang bawah tanah. Orang-orang di sekitar menjulukinya sebagai benteng kodok karena bentuknya menyerupai katak. Konon benteng tersebut merupakan benteng pertahanan Belanda.
Pemakaman Kerkhof Tjilatjap terletak di Jalan Karang, Kelurahan Cilacap, Kabupaten Cilacap menyimpan narasi sejarah ketika Belanda berkuasa di Jawa Tengah bagian selatan.
(Sucipto Cipto/Okezone)
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari