Cuaca Ekstrem Tingkatkan Klaim Asuransi Sepanjang 2025

Arif Julianto/okezone, Jurnalis · Senin 29 Desember 2025 22:18 WIB

JAKARTA - Pengendara melintas saat hujan di Jakarta, Senin (29/11/2025). Asuransi bencana memegang peran krusial dalam menjaga ketahanan finansial masyarakat dan dunia usaha di tengah meningkatnya risiko bencana alam di Indonesia. Risiko banjir, gempa bumi, hingga kebakaran menunjukkan tren peningkatan, baik dari sisi frekuensi maupun tingkat keparahan kejadian.

Direktur Teknik Operasi Indonesia Re, Delil Khairat, mengungkapkan bahwa lonjakan kejadian bencana alam sepanjang 2025 merupakan kelanjutan dari tren yang berkembang dalam beberapa tahun terakhir. Bencana hidrometeorologi yang berkaitan dengan perubahan cuaca dan iklim menjadi kontributor utama meningkatnya klaim asuransi.
 
“Frekuensi dan tingkat keparahan bencana alam, terutama yang terkait iklim, meningkat secara konsisten dari tahun ke tahun. Sepanjang 2025, kami mencatat klaim besar mulai dari Jakarta dan sekitarnya pada Maret, kemudian Bali, dan saat ini mencapai puncaknya di wilayah Sumatra,” ujar Delil.
 
Banjir besar yang melanda Aceh, Sumatra Utara, dan Sumatra Barat dinilai berpotensi menimbulkan klaim dalam skala sangat signifikan. Namun, proses penghitungan klaim masih terkendala keterbatasan akses di lapangan.
 
“Hambatan akses untuk verifikasi dan penilaian kerugian membuat proses klaim menjadi lebih kompleks. Hingga kini, tim klaim dan loss adjuster masih mengalami kesulitan untuk turun langsung ke lokasi,” jelasnya.
 
Delil menambahkan, jika besaran klaim tergolong sangat besar, penanganannya tidak hanya melibatkan perusahaan asuransi dan reasuransi dalam negeri, tetapi juga reasuransi internasional. Hal ini karena struktur perlindungan risiko bencana umumnya bersifat berlapis, mulai dari polis asuransi, perjanjian reasuransi lokal, hingga retrocession dengan reasuransi global.
 
“Dengan skala seperti ini, risiko harus disebar secara internasional agar stabilitas industri tetap terjaga,” katanya.
 
Dari sisi lini bisnis, asuransi umum diproyeksikan menjadi sektor yang paling terdampak akibat bencana banjir, terutama karena kerusakan fisik aset. Klaim terbesar diperkirakan berasal dari asuransi harta benda, mencakup rumah tinggal, perkantoran, properti komersial, hingga aset industri, serta asuransi kendaraan bermotor.
 
Sementara itu, klaim asuransi jiwa juga diperkirakan meningkat akibat korban meninggal dunia dan biaya perawatan medis, meski nilainya relatif lebih kecil dibandingkan klaim kerusakan aset.
 
Peningkatan klaim bencana ini menjadi faktor penting dalam proses pembaruan perjanjian reasuransi. Indonesia Re menilai tren kenaikan klaim, khususnya yang dipicu perubahan iklim, akan memengaruhi struktur reasuransi ke depan, baik dari sisi harga, retensi, maupun kapasitas.
 
Selain klaim bencana, Delil juga mencatat adanya peningkatan klaim non-bencana sepanjang 2025, meski bersifat individual dengan nilai relatif kecil. Kondisi ini turut dipengaruhi penerapan PSAK 117 yang mendorong percepatan pengakuan premi dan klaim serta pengelolaan liabilitas yang lebih ketat.
 
“PSAK 117 mendorong industri memperbaiki proses bisnis agar pengakuan premi dan klaim berjalan lebih cepat dan disiplin, sehingga meningkatkan visibilitas klaim sepanjang 2025,” pungkasnya.
 
Dengan dinamika tersebut, Indonesia Re menegaskan komitmennya untuk terus memperkuat mitigasi risiko, menjaga ketahanan portofolio reasuransi, dan memastikan kesiapan menghadapi tren bencana yang semakin kompleks ke depan.

(Arif Julianto/okezone)

Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari

Bagikan Artikel Ini

Cari Berita Lain Di Sini